Apabila kita mengukur panjang suatu
objek sering akan diperoleh hasil dalam satuan-satuan tertentu, misalnya: 10
cm, 2 m, atau lain sebagainya. Dalam pelaksanaannya kita biasanya menggunakan
alat ukur panjang seperti penggaris atau meteran. Alat ukur inilah yang disebut
sebagi instrumen pengukuran. Contoh lainnya, ketika ingin mengetahui suhu badan,
sering kita menggunakan termometer, alat ukur seperti termometer ini yang kita
sebut juga dengan instrumen pengukuran. Atau mengukur berat badan, sering kita
gunakan timbangan, karena timbangan merupakan instrumen yang tepat untuk
mengukur berat badan. Pada sebuah pengamatan atau bahkan penelitian, kita akan
memerlukan suatu instrumen atau alat ukur.
Pada kajian eksakta sering instrumen
penelitian sudah ada atau sudah baku seperti meteran, termometer, timbangan,
dan lain sebagainya. Akan tetapi dalam bidang pendidikan dan sosial, sedikit
sekali kita akan mendapatkan instrumen yang baku karena banyak fenomena di
bidang pendidikan dan sosial yang jarang didapatkan instrumen baku untuk
pengukurannya. Contohnya motivasi, gaya belajar, prestasi, gaya hidup, gaya
kepemimpinan dan variabel-variabel lainnya jarang didapatkan instrumen yang
sudah baku untuk pengukurannya. Sehingga para peneliti diharuskan membuat
sendiri instrumen penelitiannya. Karena instrumen penelitian akan digunakan
untuk melakukan pengukuran dengan tujuan memperoleh data yang akurat maka
setiap instrumen harus memiliki skala.
Pada uraian bab sebelumnya telah
kita ketahui bahwa terdapat empat macam skala pengukuran data, yaitu: skala
nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio. Apabila kita
menggunakan skala nominal, data yang kita peroleh adalah data nominal,
begitupula dengan tiga skala lainnya. Beberapa skala sikap yang sudah dikenal
dan dapat kita gunakan untuk memperoleh data interval atau rasio adalah: skala
likert, skala guttman, rating scale, dan semantik deferensial.
1.
SKALA LIKERT
Instrumen penelitian yang
menggunakan skala likert dapat dibuat dalam bentuk checklist atau pilihan ganda.
Contoh dalam bentuk checklist seperti yang tertera pada tabel berikut.
Sedangkan apabila instrumen berbentuk pilihan ganda,
dapat anda perhatikan formatnya seperti contoh berikut.
Dalam skala likert, jawaban setiap
item instrumen memiliki jenjang interval dari sangat positif sampai dengan sangat
negatif. Adanya baris “jumlah” (baris terakhir) pada checklist di atas dapat
dihilangkan, apabila tidak dihilangkan dapat digunakan untuk menghitung dalam
satu kolom berapa banyak pilihan SS, ST, RG, TS atau STS yang dicentang oleh seorang
responden dengan tujuan memudahkan analisa data, apabila dilakukan pengamatan
terhadap persepsi setiap individu/responden. Misalkan banyak centang SS dalam
satu kolom adalah 4 maka jumlah SS adalah 4, atau banyak centang RG dalam satu
kolom adalah 5 maka jumlah RG adalah 5, dan seterusnya.
Misalkan intrumen di atas, berikan
kepada 200 responden yang diambil secara random/ acak, dari pertanyaan no. 1
diperoleh data: 75 orang menjawab SS, 50 orang menjawab ST, 25 orang menjawab
RG, 30 orang menjawab TS, dan 20 orang menjawab STS. Berdasarkan informasi dari
data tersebut, kita dapat melakukan analisa datanya dengan dua cara. Perhatikan
uraian penjelasan berikut.
Cara I
Perhatikan berapa banyak responden yang memilih sangat
setuju (SS) dan setuju (ST). Jumlah SS dan ST adalah 75 + 50 = 125, apabila
dinyatakan dalam persentase maka 125/200 x 100 % = 62,5 %. Artinya mayoritas responden
(lebih dari 50 %) menerima penerapan kurikulum baru yang akan diterapkan.
Cara II
Skor untuk SS = 5 x 75 = 375
Skor untuk ST = 4 x 50 = 200
Skor untuk RG = 3 x 25 = 75
Skor untuk TS = 2 x 30 = 60
Skor untuk STS = 1 x 20 = 20
Jumlah total skor perolehan = 375 + 200 + 75 + 60 + 20 = 730
Skor maksimal = 5 x 200 = 1000
Rata-rata skor perolehan = jumlah skor total perolehan/skor maksimal x 100 %
= 730/1000 x 100 %
= 73 %
Artinya mayoritas responden (lebih dari 50 %) menerima penerapan kurikulum
baru yang akan diterapkan.
2. SKALA GUTTMAN
Apabila diinginkan jawaban yang
tegas, seperti ya atau tidak, pernah atau tidak pernah,
positif atau negatif, dan lain-lain maka skala guttman merupakan instrumen yang
dapat kita gunakan. Data yang diperoleh dengan penggunaan skala ini adalah data
interval atau rasio dikotomi (dua alternatif) sehingga akan didapatkan dua
interval.
Sama dengan skala likert, skala ini
dapat dibuat dalam bentuk checklist atau pilihan ganda. Formatnya dapat dilihat
sebagai berikut.
Sedangkan apabila instrumen diinginkan berbentuk
pilihan ganda, formatnya seperti contoh berikut.
Sama halnya dengan checklist pada
skala likert, baris “jumlah” (baris terakhir) pada lembar checklist skala
guttman dapat dihilangkan sesuai keperluan peneliti, apabila tidak dihilangkan
dapat digunakan untuk menghitung berapa banyak pilihan “Ya” atau “Tidak” yang
dicentang oleh seorang responden dalam satu kolom sehingga memudahkan analisa
data pengamatan yang fokusnya persepsi setiap individu/responden.
3. SEMANTIK DEFERENSIAL
Skala ini
secara bentuk/format instrumennya berbeda dari dua skala sebelumnya. Tidak
berbentuk checklist maupun pilihan ganda, memuat skor-skor penilaian yang terletak
ditengah-tengah dan sebelah kiri adalah penilaian positif sebaliknya sebelah kanan
adalah penilaian negatif. Sedang skor-skor penilaiannya antara 1 sampai 5, yang
diletakkan dari 5 terlebih dahulu di sebelah paling kiri dan paling kanan
adalah 1. Variabel/aspek yang dinilai diletakkan pada tengah- tengah atas dari
skor-skor penilaian. Lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.
Responden yang memberikan nilai 5
berarti persepsinya terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolahnya sangat positif,
atau dapat dikatakan sangat puas terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah.
Apabila memberikan nilai 3 berarti bersikap netral. Sedangkan apabila
memberikan nilai 1 persepsinya sangat negatif, atau dapat dikatakan tidak
mendukung gaya kepemimpinan kepala sekolah. Pemberian nilai 2 atau 4
mengindikasikan persepsi yang negatif atau positif yang tidak berlebihan
terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah. Sehingga dapat dikatakan pemberian
nilai 2 berarti tidak mendukung gaya kepemimpinan kepala sekolah dan sebaliknya
4 berarti mendukung gaya kepemimpinan kepala sekolah.
Baris “jumlah” (baris terakhir) pada
instrumen semantik deferensial dapat dihilangkan sesuai keperluan peneliti,
apabila tidak dihilangkan dapat digunakan untuk menghitung berapa banyak
pilihan skor 5, 4, 3, 2, atau 1 yang dicentang oleh seorang responden dalam
satu kolom sehingga memudahkan analisa data pengamatan yang fokusnya persepsi
setiap individu/responden.
4. RATING SCALE (SKALA PENILAIAN)
Apabila
peneliti ingin menggunakan rating scale (skala penilaian), sebagai contoh
formatnya perhatikan 2 tabel dibawah ini.
Perbedaan
dari rating scale dengan tiga skala sikap lainnya adalah diperolehnya data
mentah yang berupa angka (kuantitatif) yang kemudian ditafsirkan secara
kualitatif. Sedangkan tiga skala sikap lainnya memperoleh data kualitatif
kemudian dikuantitatifkan. Sehingga rating scale lebih flexible dan tidak
terbatas pada pengukuran sikap saja, tetapi dapat digunakan untuk pengukuran persepsi
responden terhadap fenomena-fenomena lainnya.
Empat instrumen pengukuran di atas
merupakan instrumen yang sering digunakan untuk memperoleh data interval atau
rasio.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik; Edisi Revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono.
2010. Statistika Untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono.2012.
Metode Penelitian kuantitatif,
kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.