Skala merupakan perbandingan kategori
suatu objek yang diberi bobot nilai yang berbeda. Contoh dalam penerapannya, dahulu
sering kita ketahui ketika dijenjang sekolah dasar kita pernah mempelajari
skala pada peta, jarak kota A dan B pada peta 1 cm dan jarak sesungguhnya 10
km, artinya perbandingan antara jarak pada peta dengan jarak sesungguhnya
dinyatakan dengan nilai perbandingan 1 : 1.000.000. Dalam hal ini, kita
mengetahui jarak merupakan suatu variabel karena adanya variasi dan kita
menggunakan skala untuk memberi bobot nilai antara jarak pada peta dengan jarak
sesungguhnya sebagai objeknya. Contoh lainnya usia ana dan didit memiliki
perbandingan 2 : 1, artinya apabila ana berusia 20 tahun maka usia didit 10
tahun. Usia merupakan variabel, sedangkan ana dan didit merupakan subjeknyanya,
nilai 2 : 1 merupakan bobot nilai yang diberikan.
Ketika melakukan penelitian atau
pengamatan terhadap suatu objek atau karakteristik tertentu, untuk keperluan
analisa seringkali kita memberikan atau meletakkan angka kepada objek atau
karakteristik pengamatan tersebut. Pemberian atau peletakkan angka inilah yang
sering dikenal sebagai pengukuran. Tanpa melakukan pengukuran sulit bagi kita
untuk menganalisa atau bahkan membuat kesimpulan tentang objek pengamatan.
Misalkan kita mengamati pencapaian hasil belajar lima orang siswa melaui nilai
akhir semesternya, yang datanya disajikan dalam tabel berikut.
TABEL.1 PENCAPAIAN HASIL BELAJAR
Subjek ke-
|
Nilai Akhir Semester
|
1
|
79
|
2
|
88
|
3
|
64
|
4
|
76
|
5
|
82
|
Nilai-nilai yang tercantum dalam tabel merupakan hasil pengukuran. Subjek ke-1 memperoleh nilai 79, nilai ini merupakan hasil pengukuran terhadap pencapaian hasil belajarnya. Kita juga dapat mengetahui berdasarkan tabel bahwa subjek ke-2 memiliki pencapain hasil belajar terbaik. Hal inilah yang dipahami sebagai pembuatan kesimpulan setelah melakukan pengukuran.
Belajar tentang penelitian pada
praktiknya akan berhubungan dengan data-data, sehingga kita perlu untuk
mengenal jenis-jenis data. Dalam penelitian data dikelompokkan menjadi dua,
yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berbentuk kalimat,
kata-kata, atau gambar. Sedangkan data kuantitatif berbentuk angka atau
bilangan. Data kuantitatif terbagi menjadi data diskrit (sering juga disebut
dengan data nominal) dan data kontinu, data diskrit diperoleh dari hasil
menghitung atau membilang sedangkan data kontinu diperoleh dari mengukur
(pengukuran). Misalkan menghitung banyak objek diperoleh sebanyak 20 atau 25
objek, sehingga 20 atau 25 merupakan data diskrit. Atau keluarga pak anto
memiliki 2 anak laki-laki dan 1 anak perempuan, 2 dan 1 yang diperoleh dari
pengamatan terhadap keluarga pak anto ini merupakan data diskrit. Data tentang
tinggi badan 2 orang mahasiswa menyatakan bahwa mahasiswa A memiliki tinggi
168,5 cm dan mahasiswa B 171,2 cm, data tinggi badan tersebut merupakan data
kontinu karena diperoleh melalui pengukuran atau luas daerah X adalah 674,9 km2,
juga merupakan data kontinu. Data kontinum dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
data ordinal, data interval, dan data rasio. Selengkapnya perhatikan gambar
tentang jenis-jenis data berikut.
Gambar Jenis Data
Terdapat 4 macam skala pengukuran data, yaitu: nominal, ordinal, interval dan rasio. Sesuai dengan namanya, maka skala nominal untuk mengukur data nominal, skala ordinal untuk mengukur data ordinal, dan seterusnya. Adapun penjelasan untuk empat skala tersebut adalah sebagai berikut.
1. Skala Nominal (skala label)
Adalah tipe skala yang semata-mata
hanya untuk memberikan indeks, atau penamaan (label) saja dan tidak mempunyai
makna yang lain. Sebagi contoh perhatikan informasi yang disajikan dalam tabel
berikut:
TABEL.2 PENGGUNAAN SKALA NOMINAL
Data
|
Kode (a)
|
Kode (b)
|
Kode (c)
|
Budi
|
1
|
4
|
3
|
Ina
|
2
|
2
|
4
|
Doni
|
3
|
3
|
1
|
Eka
|
4
|
1
|
2
|
Pemberian kode (a), (b), atau (c) semata-mata hanyalah
untuk memberi tanda saja, dan tidak bertujuan membandingkan antara satu data
dengan data lainnya. Kode-kode tersebut dapat saling ditukarkan sesuai dengan
keinginan pengguna data tanpa mempengaruhi apa pun, sehingga kita dapat memilih
sebuah kode dari tiga jenis kode tersebut. Misalkan kita memilih kode (b), budi
diberi kode 4, ina diberi kode 2, dan seterusnya. Penempatan angka ini tidak
bermakna apapun atau hanya merupakan label saja, artinya tidak dapat diartikan bahwa
budi lebih dari eka karena diberikan kode 4 yang mana secara bilangan bermakna
lebih dari 1.
Sebagai contoh lainnya, perhatikan
tabel berikut yang menunjukkan skala pengukuran data dengan meninjau faktor
jenis kelamin.
TABEL. 3 PENGKODEAN UNTUK JENIS
KELAMIN
Data
|
Jenis
Kelamin
|
Kode (a)
|
Kode (b)
|
Budi
|
Laki-laki
|
1
|
4
|
Ina
|
Perempuan
|
2
|
8
|
Doni
|
Laki-laki
|
1
|
4
|
Eka
|
Perempuan
|
2
|
8
|
Apabila kita menggunakan kode (a), laki-laki diberikan
kode angka 1 dan perempuan kode angka 2. Pemberian ini tidak dimaksudkan untuk
memberi makna perempuan lebih dari laki-laki, seperti makna bilangan 2 yang
lebih dari 1. Pemberian kode ini hanya menjadi pembeda dan tidak bermaksud
membuat perbandingan.
Berdasarkan
uraian dan contoh penjelasan di atas dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa skala nominal merupakan skala yang hanya digunakan untuk
memberikan kategori saja, seperti memberi label, simbol, lambang, atau nama
suatu kategori bertujuan memudahkan pengelompokan data menurut kategorinya. Skala nominal merupakan skala yang tingkatannya
paling rendah dari empat skala pengukuran lainnya.
2. Skala Ordinal (skala peringkat)
Adalah skala ranking (memiliki makna
jenjang/tingkatan), di mana pemberian kode akan memberikan makna urutan/tingkatan
tertentu pada data, namun skala ini tidak menunjukkan makna selisih yang sama
atau jarak/interval antar tingkatannya belum jelas. Skala ini memiliki
tingkatan yang lebih tinggi daripada skala nominal karena tidak hanya
menyatakan kategori saja tetapi sudah dapat menyatakan peringkat.
Untuk lebih mengenal tentang skala
ini, perhatikanlah tabel berikut beserta uraian-uraian penjelasannya.
TABEL.4 DATA PNS INSTANSI “A”
Nama PNS
|
Golongan
|
Lama bekerja
(Dlm thn)
|
Pendidikan terakhir
|
Budi
|
IV A
|
33
|
S1
|
Ina
|
III D
|
21
|
D3
|
Doni
|
III B
|
4
|
S2
|
Anita
|
III A
|
10
|
D3
|
Iwan
|
II C
|
12
|
SLTA
|
Eka
|
II D
|
14
|
SLTA
|
Apabila kita perhatikan kolom kedua tentang golongan
pegawai pada tabel di atas, penempatan kode IVA atau IIIB menunjukakan adanya
peringkat, artinya golongan pegawai merupakan variabel yang dapat diukur dengan
skala ordinal. Perhatikan pula pada kolom pendidikan terakhir, juga merupakan
variabel yang dapat diukur menggunakan skala ordinal.
Apabila kita memberikan
kode/pengkodean seperti yang tercantum pada tabel berikut ini.
TABEL.5 PENGGUNAAN SKALA ORDINAL
Nama PNS
|
Golongan
|
Kode (A)
|
Pendidikan terakhir
|
Kode (B)
|
Budi
|
IV A
|
1
|
S1
|
2
|
Ina
|
III D
|
2
|
D3
|
3
|
Doni
|
III B
|
3
|
S2
|
1
|
Anita
|
III A
|
4
|
D3
|
3
|
Iwan
|
II D
|
5
|
SLTA
|
4
|
Eka
|
II C
|
6
|
SLTA
|
4
|
Keterangan: Kode (A) untuk golongan
Kode
(B) untuk pendidikan terakhir
Penempatan angka/pengkodean seperti pada kolom 3 dan
5, merupakan contoh penggunaan skala pengukuran ordinal, karena pengkodean ini
memberi makna adanya kategori dan peringkatnya.
3. Skala Interval (skala jarak)
Merupakan skala pengukuran yang
memiliki tingkatan yang lebih tinggi dari skala ordinal. Skala ini memiliki
jarak/interval antar tingkatan yang sudah jelas. Namun skala ini tidak memiliki
nilai nol mutlak sehingga antara satu pengukuran dengan pengukuran lainnya
tidak dapat ditentukan bilangan pembandingnya.
Sebagai contohnya, waktu/jam
pengukurannya dapat menggunakan skala interval. Jarak/selisih antara 05.00 –
10.00 adalah sama dengan selisih antara pukul 12.00 siang sampai pukul 17.00
sore. Tidak adanya nol mutlak dapat terlihat ketika waktu menunjukkan pukul
00.00 yang berarti sama dengan pukul 24.00. Contoh lainnya adalah suhu ruangan.
Sebuah ruangan memiliki suhu 20 ̊ C, dan ruangan lainnya memiliki suhu 25 ̊C,
kita dapat mengatakan bahwa selisih suhu kedua ruangan 5 ̊ C sehingga makna
adanya jarak/interval dapat teramati. Namun ketika suhu berada pada 0 ̊ C, nilai 0 disini bukanlah nilai nol
mutlak, karena meskipun 0 ̊ C bukan berarti tidak memiliki suhu.
4. Skala Rasio (skala mutlak)
Adalah skala pengukuran yang paling
tinggi tingkatannya diantara tiga skala lainnya, karena skala rasio memiliki
sifat-sifat tiga skala lainnya. Selain itu dalam skala ini terdapat nilai nol mutlak
yang tidak dimiliki skala nominal, ordinal, maupun interval. Nilai nol mutlak
menyatakan makna benar-benar tidak ada. Untuk penjelasannya, perhatikan tabel
berikut.
TABEL.6 TINGGI DAN BERAT BADAN
Data
|
Tinggi Badan
(dalam cm)
|
Berat badan
(dalam kg)
|
Alex
|
176
|
86
|
Desi
|
155
|
47
|
Wawan
|
172
|
84
|
Yunita
|
147
|
42
|
Tinggi badan atau berat badan diukur menggunakan skala
rasio, karena tinggi badan atau berat badan memiliki nilai nol mutlak. Artinya
ketika tinggi badan seseorang 0 cm, akan bermakna tidak memiliki tinggi badan
dan begitu pula ketika berat badan 0 kg akan bermakna tidak memiliki berat
badan. Meskipun dalam suatu pengamatan akan mustahil dijumpai tinggi badan atau
berat badan yang bernilai 0. Contoh lainnya yang juga diukur dengan skala rasio
adalah pendapatan keluarga setiap bulan, apabila dijumpai sebuah keluarga
dengan pendapatan 0 rupiah per bulan akan bermakna keluarga tersebut tidak
memiliki penghasilan bulanan. Sehingga nilai 0 dalam kasus ini adalah nilai nol
mutlak.
Akibat adanya nilai nol mutlak,
tiap-tiap satuan yang diukur dapat diperbandingkan. Kembali pada kasus
pendapatan keluarga setiap bulan, keluarga pak anton berpenghasilan 5 juta per
bulan sedangkan keluarga pak budi berpenghasilan 10 juta per bulan, maka dapat
dinyatakan bahwa pendapatan keluarga pak budi 2 kali pendapatan keluarga pak
anton. Pada kasus tinggi badan dan berat badan di atas, kita dapat menyatakan wawan
mempunyai berat badan dua kali lipat berat badan yunita, atau, alex mempunyai
tinggi badan 1,13 % lebih tinggi dari pada desi.
Untuk lebih memahami perbedaan sifat-sifat
empat skala di atas, berikut ini akan disajikan tabel yang berisikan
variabel-variabel yang diukur dengan empat skala tersebut dan juga terdapat
kolom keterangan yang menunjukkan dasar pengukuran variabel kenapa diukur
dengan skala tertentu.
TABEL. 7 CONTOH PENGUKURAN VARIABEL
VARIABEL
|
KETERANGAN
|
JENIS SKALA PENGUKURAN
|
Nama
Negara
|
Tiap
satuan yang diukur dapat dibedakan, tidak memiliki makna tingkatan,
tidak memiliki makna jarak secara
numerik, tidak dapat diperbandingkan/tidak memiliki
nilai nol mutlak.
|
Nominal
|
Nama Agama
|
||
Jenis
produk
|
||
Jenis
kelamin
|
||
Golongan
pegawai
|
Tiap
satuan yang diukur dapat dibedakan, memiliki makna tingkatan,
tidak memiliki makna jarak secara
numerik, tidak dapat diperbandingkan/tidak memiliki
nilai nol mutlak.
|
Ordinal
|
Jenjang pendidikan
|
||
Tingkat
akreditasi
|
||
Tahun
kelahiran
|
Tiap
satuan yang diukur dapat dibedakan, memiliki makna tingkatan,
memiliki makna jarak secara
numerik, tidak dapat diperbandingkan/tidak memiliki
nilai nol mutlak.
|
Interval
|
IQ
|
||
Suhu badan
|
||
Nilai IPK
|
||
Panjang
benda
|
Tiap
satuan yang diukur dapat dibedakan, memiliki makna tingkatan,
memiliki makna jarak/selisih
secara numerik, dan dapat
diperbandingkan/memiliki nilai nol mutlak.
|
Rasio
|
Gaji
bulanan
|
||
Berat
badan
|
||
Tinggi
badan
|
Berikut ini juga akan disajikan
tabel tentang perbandingan sifat-sifat skala pengukuran yang dapat membantu
untuk memahami lebih jelas perbedaan dari sifat-sifat empat jenis skala
pengukuran yang ada.
TABEL.8 PERBANDINGAN SIFAT-SIFAT
SKALA PENGUKURAN
Jenis skala pengukuran
|
Sifat-sifat skala pengukuran
|
|||
Membedakan
|
Tingkatan
|
Makna jarak
Secara numerik
|
Memiliki
Nol mutlak
|
|
Nominal
|
Ya
|
Tidak
|
Tidak
|
Tidak
|
Ordinal
|
Ya
|
Ya
|
Tidak
|
Tidak
|
Interval
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Tidak
|
Rasio
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik; Edisi Revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana.
2005. Metoda Statistika; edisi
keenam. Bandung: Tarsito.
Sugiyono.
2010. Statistika Untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono.2012.
Metode Penelitian kuantitatif,
kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
berarti data kualitatif tidak menggunakan skala kk?
ReplyDelete10 videos from 'betting on basketball': videos, videos, and best ways to
ReplyDeleteThe NBA basketball betting season is here, and the NBA schedule is coming! Check out below these free clips of download youtube videos the entire season: